Sekolah merupakan sebuah ekosistem pendidikan yang didalamnya
melibatkan komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama
lainnya setiap harinya. Komponen biotik tersebut meliputi kepala sekolah, guru
sebagai tenaga pendidik, staf TU sebagai tenaga kependidikan, peserta didik,
wali murid (komite sekolah). Sedangkan komponen abiotik meliputi sarana dan
prasarana sekolah, tata tertib/peraturan/nilai-nilai kebajikan sebagai
kesepakatan dan keyakinan sekolah, dan sumber belajar (buku-buku) / media
pembelajaran di sekolah lainnya.
Dalam lingkup lembaga, seorang kepala sekolah yang berperan sebagai
pemimpin satuan Pendidikan, sangat lah penting untuk memahami konsep 4
paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan ini, serta dapat
menajamkan perbedaan permasalahan dilema etika dengan bujukan moral. Kepala sekolah berperan sentral sebagai
nahkoda ekosistem sekolah, yang membawa ke arah mana sekolah tersebut tumbuh
dan berkembang, mewujudkan visi-dan misi sekolahnya, baik untuk peningkatan
kualitas pembelajaran maupun layanan pendidikan lainnya. Dalam kesehariannya,
tentu banyak hal-hal menarik yang terjadi, yang kadangkala menjadi benturan
secara horisontal maupun vertical antara stakeholder di sekolah. (pihak
sekolah, wali murid, dan masyarakat), sehingga, dibutuhkan suatu strategi
pengambilan keputusan yang efektif dan tepat sasaran saat terjadi dilema etika
maupun bujukan moral yang membingungkan.
Dalam lingkup kelas, seorang
pendidik sebagai pemimpin pembelajaran sebaiknya memiliki keterampilan
pengambilan keputusan yang baik mulai dari merancang metode pembelajaran,
asesmen hingga menindaklanjuti hasil refleksi pembelajaran, dengan berpedoman
pada filosofi Ki Hajar Dewantara terkait sistem among pada pengajaran yang
berasaskan Pratap
Triloka (Ing Ngarsa sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani). Lebih lanjut, dalam
proses pembelajaran, dengan menerapkan 5 Kompetensi sosial-emosional (kesadaran
diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan membangun relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab) yang berpondasi pada praktik kesadaran penuh,
guru dapat mengenali emosi, perasaan, dan pikiran apa adanya, tanpa penilaian
dan penghakiman, namun dengan kepedulian, sehingga guru dapat menentukan
pengambilan keputusan yang tepat dan bijaksana. Pembelajaran yang
mengintegrasikan KSE, diharapkan dapat memberi ruang lebih luas bagi siswa
berkreasi, berinovasi, berpikir kritis, dan bekerjasama dengan lingkungan
sekitarnya dengan luwes.
Nah, apa dan bagaimanakah
sebaiknya konsep pengambilan keputusan tersebut? Dan apa kaitannya dengan
materi modul-modul sebelumnya? Silakan disimak pada paparan koneksi antar
materi Modul 3.1 ini.
7 komentar:
terima aksih banyakatas infomasinya, kebetulan omjay lagi ikut cgp7
Bermanfaat sekali bu Sitros, sukses selalu yaa bu...
Skill pengambilan keputusan yang baik adalah hal wajib yang dimiliki setiap guru, bagaimana menyeimbangkan antara nilai aturan dan nilai humanisme.
Terimakasih Bu sitros sudah membagikan ilmu yang didapatkan, sekedar masukan bagaimana jika pengetahuan tersebut dirangkum dan dikemas dalam bentuk yang sangat simpel dengan bahasa yang singkat sehingga bisa lebih mudah untuk dipahami
Artikel tentang "Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan " ini sangat menarik untuk didiskusikan, sangat menginspirasi untuk diterapkan, luar biasa!
Materi yang disampaikan mantap dan berbobot, semangat dan selalu bergerak. Sukses untuk Kak Rose dan semua Guru Penggerak Indonesia
mantap bu Sitros materinnya yang disampaikan runtut dan lengkap banget .. sangat bermnafaat dan keren
Post a Comment